Jangan Engkau Ikuti Perilaku Orang Kafir, Termasuk Dalam Perayaan Mereka

ARASYNEWS.COM
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah: 18)

Allah telah mensyariatkan syariat yang sempurna, yang menyeru pada setiap kebaikan, dan melarang semua bentuk keburukan bahkan melarang sesuatu yang bisa menyeret kepada keburukan.

Ikutilah syariat ini, niscaya kebahagiaan abadi dan kemenangan akan diraih nantinya kelak di akhirat.

Kita sebagai umat Muslim, jangan mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak tahu. Di mana hawa nafsu dan keinginan mereka tidak mengikuti cahaya ilmu ilahi. Mereka ini adalah orang-orang yang keinginan dan hawa nafsunya menyisihkan syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga memerintahkan kepada kita seperti yang diperintahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am: 153)

Islam adalah jalan yang lurus, yang mengantarkan para hamba menuju kemuliaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Hendaklah kita mengikuti jalan tersebut, agar bisa menggapai kemenangan dan kebahagiaan. Janganlah sekali-kali kita mengikuti jalan-jalan yang menyimpang, jalan-jalan yang menyelisihi ajaran Islam. Karena semua itu akan menyesatkan kita dari jalan agama Allah. Dan bila seorang umat manusia telah tersesat dari jalan Allah, maka artinya ia tengah meniti jalan yang akan menjerumuskannya ke dalam neraka.

Siapa yang meniti Islam pasti selamat, dan kebinasaan bagi orang yang melenceng darinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikan semua faktor dan jalan kemenangan serta kemajuan ada dalam agama ini. Sekiranya kita berpegang teguh pada agama ini dengan benar, kita pasti akan menjadi manusia yang paling tinggi dan maju.

Akan tetapi, kita justru menyia-nyiakan agama ini, sehingga kita pun menjadi tersisih. Kita justru mengikuti kaum kafir dalam perilaku sehari-hari, mengikuti kebiasaan dan etika kaum jahiliyyah. Bahkan kita memberi contoh pola didik yang salah kepada keluarga dan anak kita.

Malahan, sebagian kaum Muslimin berbangga diri dengannya, padahal para musuh Islam itu ingin melihat kita hancur dan binasa.

Ironisnya, kita justru mengikuti apa yang mereka lakukan seperti halnya dalam perayaan tahun baru Masehi. Ini merupakan salah satu rencana kaum kafir agar diikuti umat Muslim di dunia. Kita malahan mengikuti tata cara barat dan etika jahiliyah.

Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khatthab Radhiyallahu anhu, “Sungguh, buhul Islam akan terlepas seikat demi seikat, bila di kalangan Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui jahiliyah.”

Islam tidak mengharamkan kita mengambil faidah dari pengalaman mereka dalam bidang teknologi dan perindustrian. Yang diharamkan adalah bila kita mengambil dari mereka berbagai kebiasaan dan etika yang merusak, dan meniru mereka dalam hal yang menjadi ciri khas mereka, termasuk meniru gaya pakaian mereka.

Termasuk pula apa yang sering semarakkan dalam perayaan dan peringatan hari-hari lainnya, seperti halnya mengkhususkan hari untuk anak, hari untuk pohon, hari ibu, tahun baru Masehi, dan lainnya.

Islam tidak pernah mengkhususkan satu hari tertentu untuk hal-hal tersebut. Justru agama kita mendorong terus untuk menanam pohon dan pertanian yang berguna pada waktu yang sesuai.

Islam memotivasi untuk memperhatikan pendidikan anak setiap waktu. Hendaklah kita senantiasa mengingat sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مُرُوا أوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِ سِنينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا ، وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المضَاجِعِ

Artinya: Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat mereka berumur 7 tahun. Dan pukullah mereka (dengan pukulan ringan mendidik) bila meninggalkannya, saat berumur 10 tahun. Dan pisahkanlah (lelaki dan perempuan) di antara mereka di tempat tidur mereka. [HR. Abu Daud]

Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada dua orang tua di setiap waktu. Sungguh, Islam adalah agama yang sempurna.

Sekiranya kaum Muslimin berpegang dan memperaktikkannya dengan benar, pasti kaum Muslimin sama sekali tidak butuh kepada siapapun, kecuali kepada Allah Azza wa Jalla .

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allâh, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. Al-Munafiqun: 8)

Islam memang menuntun umat menuju jalan yang terbaik.

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

Artinya: Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus. (QS. Al-Isra’: 9)

Allah mensyariatkan kepada Muhammad amalan-amalan yang bisa mewujudkan kemaslahatan secara sempurna, sebagaimana yang Allah firmankan dalam ayat,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ

Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu” (QS. Al-Ma’idah: 3).

Karena itulah ayat ini diturunkan pada hari raya terbesar umat ini. Tidak ada hari raya yang lebih agung daripada hari raya yang terkumpul padanya kemuliaan tempat dan zaman, yaitu Idul Adha.

Dan jenis hari raya ini tidak ada yang lebih agung daripada hari raya yang telah dihadiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama umumnya kaum Muslimin saat itu, di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjauhkan kekufuran dan pemeluknya.

Dalam atsar dari Hassan bin ‘Athiyyah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Tidaklah suatu kaum mengada-adakan perkara baru dalam agama mereka, melainkan Allah Azza wa Jalla akan cabut dari mereka sunnah yang semisal dengan itu, kemudian Allah Azza wa Jalla tidak mengembalikannya kepada mereka hingga hari kiamat.” (HR Ad-Darimi)

Seseorang yang meniru suatu kaum, secara perlahan akan menyebabkan adanya kesesuaian dan kedekatan dengan orang yang ditiru, baik secara batin maupun fisik, meski berjauhan tempat dan waktu.

Jadi, menyerupai hari-hari raya orang kafir, meskipun dalam porsi kecil, merupakan media yang bisa menularkan perilaku dan perangai mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ, فَهُوَ مِنْهُمْ

Artinya: Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk di antara mereka. (HR. Abu Daud dan dishahihkan Ibnu Hibban)

Tentang hadits ini, Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, bahwa kadar paling minim dari makna hadits tersebut menunjukkan haramnya perilaku menyerupai kaum kafir. Meski juga bahwa zahir hadits tersebut menghendaki makna kafirnya orang yang menyerupai mereka.

Ini seperti halnya apa yang diungkapkan Abdullah bin Amr, “Barangsiapa yang tinggal di negeri kaum musyrik, turut serta merayakan hari nairuz (awal tahun baru kaum Persia) dan mihrajan (perayaan atau festival mereka) serta meniru-niru mereka hingga ia meninggal, ia pun akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat.”

Maka berhati-hati dan waspadalah wahai kaum Muslimin. Bertaubatlah dan bersyukurlah kepada Allah atas nikmat agama yang kita miliki ini. Ikuti perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya bila memang engkau menghendaki kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. []

You May Also Like