Tugu Kecelakaan Kereta Api dan Stasiun Tertua di Sumatera Barat

ARASYNEWS.COM – Kereta api ini telah hadir di wilayah Sumatera Barat sejak zaman penjajahan kolonial Belanda sekitar tahun 1800-an. Tujuan dipergunakan kereta api ini selain untuk pergerakan orang, juga tak terlepas dari hasil kekayaan alam di Sumatera Barat untuk mengangkut bahan galian seperti batu bara pada saat itu.

Selain batu bara dan kekayaan bumi lainnya, sejumlah kekayaan alam seperti rempah-rempah juga mempergunakan kereta api untuk mobilitas pengirimannya baik di wilayah Sumatera Barat menuju ke Teluk Bayur, juga pelabuhan di kota Pekanbaru.

Dkutip dari buku Sejarah Perkeretaapian Indonesia, Stasiun Pulau Air adalah bagian dari jaringan kereta api pertama di Pulau Sumatra.

Jaringan tersebut selesai dibangun pada tahun 1891 oleh Sumatra Staatspoorwegen, jawatan kereta api milik pemerintahan Hindia Belanda di Sumatra.

Jalur kereta api ini berawal dari Stasiun Pulau Air ke Padangpanjang yang menempuh jarak sekitar 70 kilometer. Dan terus ke Kota Bukittingi sejauh 90 kilometer, hingga ke terkahir ke kota Payakumbuh.

Jalur ini resmi dipakai pada 1 Oktober 1892 bersamaan dengan dioperasikannya Pelabuhan Emmahaven, yang sekarang dikenal sebagai Pelabuhan Teluk Bayur.

Adanya jaringa kereta api tersebut tak lepas dari adanya tambang batu bara di Ombilin, Kota Sawahlunto pada tahun 1868 oleh geolog terkemuka Hindia Belanda, Willem Hendrik de Greve.

Awalnya jalur tersebut digunakan untuk mengangkut batu bara, serta hasil perkebunan dan penunpang menuju Pelabuhan Muaro dan Emmahaven yang berada di Kota Padang.

Selain itu, jalur kereta api ini juga mengangkut barang dan orang hingga menuju ke kota Pekanbaru melalui Sawahlunto.

Satu yang menarik dan kini terkesan dilupakan adalah tentang tugu kereta api yang terletak di kota Padang Panjang di Sumbar. Tugu ini berada dalam kompleks Pandam Pakuburan Pusaro Dagang, milik keluarga Syekh Adam BB, seorang ulama Minangkabau.

Lokasi tugu kecelakaan kereta api ini berjarak sekitar lima kilometer dari pusat kota Padang Panjang

Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang ini memiliki ukuran tinggi hampir dua meter dengan desain yang berbentuk kepala lokomotif.

Pada salah satu sisi permukaan dinding tugu dituliskan aksara latin berbahasa Indonesia dengan ejaan lama, yakni PERINGATAN Orang orang jang meninggal ketika ketjelakaan kereta api tanggal 25-12-2604 / 23-3-2605 yang artinya PERINGATAN Orang-orang yang meninggal ketika kecelakaan kereta api tanggal 25-12-1944 dan 23-3-1945.

Tugu ini dipastikan sebagai bukti yang menandakan adanya peristiwa bersejarah dalam bentuk batu nisan.

Hal tersebut disebabkan karena tugu dibangun bersama kuburan massal untuk memperingati peristiwa tragis kecelakaan kereta api yang pernah terjadi sebanyak dua kali tidak jauh di lokasi tersebut.

Dalam cerita sejarah, peristiwa kecelakaan tragis kereta itu merenggut ratusan korban jiwa yang sebagian besar jasadnya ditemukan tidak dalam keadaan utuh.

Kecelakaan kereta api pertama terjadi di daerah Singgalang Kariang (lokasi rest area Lembah Anai saat ini). Kemudian pada tiga bulan berikutnya, kecelakaan serupa kembali terjadi di Kelurahan Gantiang dan di Nagari Aia Angek (jalur pendakian perbatasan Nagari Panyalaian Tanah Datar dengan Kota Padang Panjang). Diketahui bahwa kecelakaan tersebut disebabkan jembatan yang putus atau kemungkinan sengaja diputus.

Proses pemakaman korban massal untuk kecelakaan yang berbeda terjadi dalam waktu dua kali. Pemakaman pertama dilakukan dengan menggali liang lahat sedalam 5 meter. Satu minggu kemudian, terjadi kecelakaan kereta kedua. Korban pada kecelakaan kereta kedua dima­kam­kan di tanah pemakaman yang sama. Setelah kecelakaan yang kedua inilah, tugu dibangun sebagai kenangan bagi keturunan ke­­luarga korban.

Masyarakat secara umum belum banyak yang mengetahui tentang informasi mengenai Tugu Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang. Hal tersebut disebabkan karena belum banyaknya kajian secara ilmiah yang meneliti secara khusus tentang dibangunnya tugu ini.

Foto. Ist

Kini jalur kereta api di Sumatera Barat terus diaktifkan kembali. Sejumlah jalur kereta api di Sumatera Barat akan dipercepat reaktivasinya yang nantinya akan dipergunakan untuk menopang pergerakan ekonomi dan pariwisata.

Sejumlah jalur dan stasiun kereta api telah difungsikan kembali. Beberapa diantaranya berada di Naras, Sungai Limau, Lubuk Alung, Sicincin, dan Kayu Tanam di Kabupaten Padang Pariaman.

Dan baru-baru ini tengah dilakukan uji coba jalur kereta api menuju kawasan wisata Lembah Anai.

Dikutip dalam keterangan Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Zulmafendi, bahwa reaktivasi jalur kereta api di Sumatera Barat sudah masuk dalam rencana strategis dan tengah dilakukan penertiban terlebih dahulu sejumlah jalur yang masih bisa dipergunakan,

“Jalurnya sudah ada sebenarnya. Kita tinggal melakukan penertiban dan membuka kembali,” kata Zulmafendi.

Dikatakannya, Kementerian Perhubungan juga melakukan sejumlah peningkatan jalur kereta api Padang-Bukit Putus-Pauh Limo Padang dan normalisasi jalur kereta api pariwisata Sawahlunto.

Ia menjelaskan Direktorat Jenderal Perkeretapian juga sudah melakukan peningkatan jalur dan reaktivasi dari Muaro Kalaban-Sawahlunto. Jalur tersebut merupakan salah satu destinasi wisata, didukung perkeretapian yang unik menggunakan lokomotif dari uap “Mak Itam”.

Jalur-jalur kereta api ini sudah ada bahkan sejak zaman kolonial Belanda dan Jepang. Jika tidak memiliki nilai ekonomi, maka tidak mungkin dibangun jalur kereta api oleh pemerintah Hindia Belanda pada zaman dahulu. []

Stasiun Pintu Air Tahun 2017 sebelum reaktivasi. Wikipedia.

Source. sumatrain

You May Also Like